Pages

Subscribe:

About Me

Foto saya
Mahasiswa Jurusan Kimia Unpad 2007-2012. Pernah aktif di Himaka FMIPA Unpad, BPM Kema FMIPA Unpad, BPM Kema Unpad, dan Kongres Kema Unpad. "an ordinary man who will be extra ordinary man" Saat ini sedang berjuang meraih impian-impian luar biasanya...

Minggu, 26 Februari 2012

Sebuah Keniscayaan Cinta

Sebuah keniscayaan cinta
Ia hadir menentramkan, bukan menggelisahkan…
Ia hadir memukau, bukan membuat galau..
Ia hadir menguatkan, bukan melemahkan….
Ia hadir mencerahkan, bukan memburamkan…

Jika, ada cinta, semuanya jelas jadi indah..
Jika ada cinta, manusia tak senang mendebat dan melawan saudaranya…
Jika ada cinta, manusia tak akan lari menjauhi yang dicintanya…

Sebuah keniscayaan cinta
Ia dibangun berpondasikan ikhlas, bukan sikap  culas…
Ia dibangun berpondasikan pemberian, bukan pencurian apalagi perampasan…
Ia dibangun berpondasikan iman, bukan nafsu yang menyesatkan….

Jika ada cinta, permusuhan tak mau mendekat…
Jika ada cinta, kesewenang-wenangan enggan melekat…
Jika ada cinta, kelalaian akan segera minggat….

Ah… sebuah keniscayaan cinta….
Yang ada hanyalah sebuah rasa alamiah yang jadi fitrahnya kita, manusia…
Allah Azza wa Jalla telah mensuratkannya dalam surat cintanya untuk manusia….

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S. Ali’Imran: 14)
Wajarlah, jika kita cinta kepada sesama…
Wajarlah, jika kita cinta kepada keluarga…
Wajarlah, jika kita cinta kepada harta dan kemegahan…

Sebuah keniscayaan cinta…
Ia menjadi amat niscaya ketika semua hanya mengarah pada-Nya…
Ia menjadi amat niscaya saat hanya kepada-Nya-lah Ia dilabuhkan…

Senin, 15 November 2010

Kepahlawanan Hari Ini

Dimuat di Harian Pikiran Rakyat, Edisi 10 November 2010

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Pahlawan dapat diartikan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani ”.

Kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini semakin menunjukkan ketidakteraturannya. Betapa tidak, hampir semua elemen pemimpin di negeri ini menunjukan sikap dan perilaku yang membuat bangsa ini carut – marut saja.
Bencana alam di beberapa pelosok negeri ini, terakhir adalah badai tsunami di Mentawai dan letusan gunung Merapi di Sleman, ternyata tidak membuat hati para pemimpin bangsa di daerah terketuk hatinya untuk menemani rakyatnya sampai luka hatinya sembuh akibat bencana dan penderitaan yang dialami sementara masih ada yang lebih memilih menuntaskan urusan bisnis dan investasi yang dinilai lebih menguntungkan dan menjanjikan.
Kelaparan dan kemiskinan di hampir keseluruhan sudut negeri ini ternyara tidak menyentuh hati para penghuni gedung aspirasi, simbol keterwakilan rakyat bangasa ini, yang dipilih atas mandat dari rakyat, dan masih ada yang lebih memilih untuk berdarma wisata sambil belajar secuil tata kelola pemerintahan yang sebenarnya tak jelas follow up – nya.
Kerusakan moral kaum muda di gang-gang kecil di kota-kota besar  negeri ini tampaknya sudah tidak menggetarkan batin para aparat penegak hukum di negeri ini, dan masih ada yang lebih memilih untuk menerima uang suap agar pelaku kejahatan bebas dari vonis bersalah pengadilan  dan para pemilik pabrik narkoba bisa  berlibur kesana – kemari dengan leluasanya.
Aah… masih adakah pahlawan di negeri ini yang dapat diandalkan seperti yang banyak dituliskan di buku-buku sejarah saat kita duduk di bangku sekolah dasar dahulu.Cerita – cerita kepahlawanan tentang Budi Utomo dan Ki Hajar Dewantara dalam memerjuangkan pendidikan bagi rakyat Indonesia, cerita indah sang Bunda Raden Ajeng Kartini dalam mengangkat harkat dan derajat kaum wanita, cerita tentang Pattimura, Cut Nyak Dien, Imam Bonjol, dan banyak pahlawan di berbagai pelosok Nusantara lainnya yang menjadi titik tolak kemerdekaan bangsa.
Mari sejenak merefleksikan sejarah hari ini, saat Bung Tomo dan para pejuang lainnya, mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia, dengan air mata, darah, dan perjuangan fisik.
Masih adakah sikap heroik yang sebenarnya yan dapat ditunjukkan hari ini seperti yang sering diceritakan oleh kakek dan nenek kita sebagai cerita penutup hari sebelum tidur.
Masih adakah pemimpin yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur tiap butir kandungan dasar Negara ini..  Masyarakat yang sejahtera, dengan ketentraman karena merasa diberikan keadilan yang sepatutnya didapatkan.
Masih adakah pemimpin yang sanggup mengayomi rakyat dalam menjalani ibadah dan menganut kepercayaannya tanpa disusupi kepentingan politik yang basi.
Masih adakah pemimpin yang siap menciptakan kondisi masyarakat yang beradab dan menempatkan rakyat sebagai manusia yang sebenarnya, bukan menjadikannya sebagai objek dari setiap percobaan kebijakan yang menguntungkan hirarki atasan saja.
Masih adakah pemimpin yang rela mengarahkan telinganya ke pasar – pasar rakyat yang sering menjadi objek penggusuran, bukan hanya dengan mudahnya memberikan izin pendirian supermarket dan mall yang memberangus usaha rakyak kecil.
Masih adakah pemimpin yang mau menyatu dengan rakyatnya, ikut bertenggang rasa di kala rakyat menderita, dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang non populis bagi investor asing dan membuat rakyat bangga dan tenang hatinya.
Masih adakah pemimpin yang mampu mendengarkan suara hati rakyat dalam bentuk keapikan bertutur santun dan bertingkah cerdas saat rakyat membutuhkan jawaban dan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya.
Pintaku kepada Tuhan, semoga saja masih ada.
Kepahlawanan saat ini tidaklah memerlukan kucuran darah yang dahulu dilakukan oleh para pejuang untuk meraih kemerdekaan bangsa. Kepahlawanan saat ini tidaklah memerlukan penyerangan di malam hari saat musuh sedang terlelap.
Kepahlawanan hari ini hanya membutuhkan itikad baik dari para pemangku kebijakan, agar mau mendengar keluh kesah rakyatnya. Kepahlawanan hari ini cukuplah dengan menggoreskan tanda tangan dari para pimpinan dalam bentuk keputusan yang mendukung dan mengayomi kepentingan rakyat.
Kepahlawanan hari ini hanya membutuhkan kepekaan hati untuk tidak berniat melarikan diri saat rakyat menderita karena musibah, bencana, dan, kemiskinan. Kepahlawanan hari ini hanya membutuhkan penampilan fisik wakil rakyat yang sederhana dan lebih mengedepankan penampilan kerja nyata yang berarti bagi rakyat.
Kepahlawanan hari ini hanya memerlukan sikap santun para pemimpin bangsa untuk mau bersabar dan mendengarkan masukan rakyatnya agar bangsa ini menjadi lebih baik.
Akhirnya, betapapun mirisnya kondisi bangsa saat ini, cukup banyak pemimpin dan pemegang amanat rakyat yang berlaku zalim terhadap rakyatnya, tetapi kita pun harus adil menempatkan masa depan bangsa ini, karena generasi penerus dan pelurus bangsa di depan sana pun sudah mengantre untuk menghapus rezim kebobrokan negeri ini dan menggantinya dengan kecermelangan masa depan bangsa yang kita cintai ini. Semoga saja generasi berikutnya akan mampu mengulang fase kepahlawanan di negeri ini.

Minggu, 19 September 2010

Jamu Tolak Miskin

Ramuan Jamu Tolak Miskin cap Ahmad Gozali
(Perencana Keuangan, Safir Senduk dan Rekan)

Masukkan sejumput do’a disertai rencana kerja yang matang,
tuangkan air pengetahuan,
seduh di atas api motivasi yang membara,
lalu aduk dengan kerja keras.

Pisahkan kotoran riya dan sombong dengan saringan ikhlas.

Tuangkan ke dalam gelas qanaah yang dijamin tidak tumpah mubazir dan tidak bocor karena boros.
Minum pelan-pelan karena tak ada yang namanya kaya dengan instan.
Bagikan ramuan ini kepada teman, karena ramuan ini baru bekerja jika diiringi dengan sedekah.

sumber: ahmadgozali.com

Sabtu, 18 September 2010

Ambisi dan Peduli

Hidup Anda,
kaitannyannya dengan keinginan dan orang lain,

Pilihannya hanya dua,

Anda ingin menjadi orang yang peduli dan mau bekerja utk Anda dan orang-orang di sekitar Anda,

atau

Anda hanya ingin menjadi orang yang peduli dgn mimpi-mimpi dan ambisi pribadi Anda,

pilihlah!
Satu saja!
Pilihlah sesuai dgn keinginanmu!
Dan, ingatlah bahwa setiap pilihan mengandung konsekuensinya..

Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini setidaknya menggambarkan konsekuensi atas pilihan Anda,

-apa manfaat yg akan Anda dapatkan?

-berapa banyak waktu yg harus Anda alokasikan?

-sebesar apa tenaga dan kekuatan fisik yg akan Anda korbankan?

-nilai materiil yang akan Anda keluarkan?

-banyak mana pujian atau cacian yg akan Anda dapatkan?

-ada berapa banyak orang yg merasa Anda ringankan bebannya?

-kepuasan hati yg Anda dapatkan senikmat apa?

-lebih besar mana balasan yg akan Anda dapatkan dari Rabb Penguasa Alam?

Selamat memilih..